Kamis, 09 Juni 2011

DASAR-DASAR PENULISAN KARANGAN ILMIAH

Karangan ilmiah menurut Brotowidjoyo (1985: 8-9) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Ada beberapa jenis karangan ilmiah yang biasa ditulis antara lain sebagai berikut:
1. Makalah : karya ilimiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannnya berdasarkan data dilapangan yang bersifat empiris-objektif.
2. Kertas kerja : karya tulis ilmiah yang sama seperti makalah namun dalam kertas kerja analisis yang dibicarakan lebih serius dari makalah.
3. Skripsi : karya tulis yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain.
4. Tesis : karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
5. Disertasi : karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci.

Karangan ilmiah memberikan manfaat yang besar, bagi penulis maupun bagi masyarakat, yaitu:
1. Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
2. Penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber.
3. Penulis akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan.
4. Penulis akan meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sisitematis.
5. Penulis akan memperoleh kepuasa intelektual.
6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

Penulis karangan ilmiah sepatutnya memiliki sikap-sikap ilmiah agar karyanya dapat dipertanggungjawabakan, sikap-sikap itu menurut Brotowidjoyo ( 1985:33-34) antara lain: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.

Dalam penyusunan karya ilmiah terdapat 5 tahap, antara lain:
1. Persiapan ( pemilihan topik/masalah, penentuan judul, dan pembuatan kerangka karangan)
2. Pengumpulan data ( pencarian keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, majalah, koran, dan surat kabar, pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang digarap, pengamatan langsung ke objek yang akan diteliti, serta percobaan dan pengujian di lapangan).
3. Pengorganisasian dan pengonsepan ( pengelompokan bahan, dan pengonsepan).
4. Pemeriksaaan / penyuntingan konsep ( pembacaan dan pengecekan kembali naskah).
5. Penyajian atau pengetikan ( pengetikan hasil penelitian).

Konvensi penulisan karangan ilmiah itu menyangkut antara lain, sebagai berikut:
1. Bentuk karangan ilmiah
a. Bahan yang digunakan
Kertas yang digunakan untuk mengetik karangan ilmiah sebaiknya kertas HVS yang berukuran kuarto (21,5 x 28 cm2), sedangkan untuk kulitnya digunakan kertas yang agak tebal.
b. Perwajahan
Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak unsur-unsur karangan ilmiah serta aturan penulisan unsur-unsur tersebut yang dikaitkan dengan segi keindahan dan estetika naskah.
c. Penomoran halaman
Penomoran yang lazim digunakan dalam karangan ilmiah adalah dengan angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab.
2. Bagian-bagian karangan ilmiah
a. Judul karangan ilmiah
b. Judul bab-bab dalam karangan ilmiah
c. Judul anak bab
d. Judul tabel, grafik, bagan, gambar
e. Daftar pustaka
f. Lampiran
Sistematika karangan ilmiah adalah aturan meletakkan bagian-bagian karangan ilmiah, bagian mana yang harus didahulukan dan bagian mana yang harus dikemudiankan. Secara garis besarnya, bagian yang diletakkan di depan lazim disebut bagian pembuka karangan ilmiah, yang terdiri atas
1. kulit luar
Yang dicantumkan pada kulit luar adalah a) judul karangan ilmiah, lengkap dengan anak judul (jika ada), bab keperluan penyusunan, c) nama penyusun, d) nama lembaga pendidikan tinggi (nama jurusan, fakultas, dan universitas) e) nama kota tempat lembaga pendidikan tinggi, dan f) tahun penyusunan.
CONTOH KULIT LUAR SISTEM SIMETRIS

2. halaman judul,
Penulisan halaman judul harus sama persis dengan penulisan kulit luar. Ukuran hurufnya harus sama, kapital atau tidaknya juga harus sama.
3. halaman pengesahan (jika diperlukan),
Halaman ini disediakan untuk mencantumkan nama-nama dosen pembimbing, nama ketua jurusan, dan nama dekan yang bertanggung jawab akan kesahihan karangan ilmiah.

CONTOH HALAMAN PENGESAHAN

Bagian-bagian selanjutnya disebut bagian inti karangan ilmiah, yang terdiri atas:
a. bab pendahuluan,
Bab pendahuluan adalah bab yang mengantarkan isi naskah, yaitu bab yang berisi hal-hal umum yang dijadikan landasan kerja dan arah kerja penyusun. Dalam bab pendahuluan terdapat beberapa point yaitu: (1) latar belakang dan masalah, (2) tujuan pembahasan, (3) ruang lingkup/ pembatasan masalah, (4) anggapan dasar, hipotesis, dan kerangka teori, (5) sumber data/ populasi dan sampel, dan (6) metode dan tehnik.
b. bab analisis atau pembahasan,
Merupakan bab yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Di dalam bab ini akan dilakukan kegiatan analisis, sintetis pembahasan, interpretasi, jalan keluar, dan beberapa pengolahan data secara tuntas.
c. bab simpulan,
Berisi simpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, yaitu gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan.
d. penutup karangan ilmiah
Terdiri atas daftar pustaka, indeks (jika diperlukan), dan lampiran (jika diperlukan).


Berbagai ketentuan yang sepatutnya diperhatikan oleh penyusun karangan ilmiah agar karangannya komunikatif, karangan ilmiah itu harus memenuhi kriteria logis, sistematis, dan lugas. Karangan ilmiah disebut logis jika keterangan yang dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal. Karangan ilmiah disebut sistematis jika keterangan yang ditulisnya disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan. Karangan ilmiah disebut lugas jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga.
1. Penerapan Ejaan yang Disempurnakan
a. Penggunaan Spasi
Penggunaan spasi setelah tanda baca sering tidak diindahkan. Menurut ketentuan yang berlaku, setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya) harus ada spasi, jarak satu pukulan ketikan.
b. Penggunaan Garis Bawah Satu
Garis bawah satu dalam karangan ilmiah digunakan untuk menandai kata-kata atau bagian-bagian yang harus dicetak miring apabila karangan ilmiah itu diterbitkan. Garis bawah satu dipakai pada pada 1) anak bab 2) subanak bab 3) kata asing atau daerah, 4) judul buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam naskah.
c. Pemenggalan Kata
Apabila pemenggalan atau penyukuan sebuah kata dalam penggantian baris , kita harus membubuhkan tanda kurung ( - ). Dengan tidak didahului spasi dan tidak dibubuhkan di bawah ujung baris.

d. Penulisan di- sebagian Kata Depan
Di yang berfungsi sebagai kata depan harus dituliskan terpisah dari kata yang mengiringinya. Contoh: di samping, di luar kota, di rumah, dll.
e. Penulisan di- sebagian Awalan
Di yang berfungsi sebagai awalan membentuk kata pasif dan harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: diubah, dipahami, dilihat, dll.
f. Penulisan ke- sebagai Kata Depan
Ke yang berfungsi sebagai kata depan, biasanya menyataka arah atau tujuan dan dan merupakan jawaban atas pertanyaan ke mana. Contoh: ke belakang, ke sekolah, ke muka, dll.
g. Penulisan ke- sebagai Awalan
Ke- yang tidak menunjukkan arah atau tujuan harus dituliskan serangkai dengan kata yangt mengiringinya karena ke- seperti itu tergolong imbuhan. Contoh: kelima, kepagian, kehendak,dll.
h. Penulisan Partikel pun
Pada dasarnya partikel pun yang mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan harus dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun di sana merupakan kata yang lepas. Contoh: menngis pun, biar pun, apa pun, dll.
i. Penulisan Partikel per
Partikel per- yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, atau ‘tiap’ dituliskan terpisah, contoh: per meter, per kilogram, per kepala keluarga, dll. Akan tetapi per yang menunjukkan pecahan harus ditulis serangkai, contoh: empat pertiga, perempatan final, satu perdua, dll.
j. Penggunaan Tanda Hubung ( - )
Tanda hubung ( - ) digunakan untuk merangkaikan kata ulang. Contoh: meloncat-loncat, ramah-tamah, bolak-balik, dll. Selain itu tanda ini juga digunakan antara huruf kecil dan huruf besar, contoh: Rahmat-Nya, se-Jawa Tengah, KTP-nya, dll. Antara huruf dan angka, contoh: ke-2, ke-50, abad-19an,dll.
2. Pembentukan Kata
a. Peluluhan Bunyi
Jika kata dasar berbunyi awal /k/, /p/, /t/, /s/, ditambah imbuhan meng-, meng-…-kan, atau meng-…-i, bunyi awal itu harus luluh menjadi (ng), /m/, /n/, dan /ny/. Contoh: kikis menjadi mengkikis, suplai menjadi menyuplai, dll.
b. Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut sebagai kata majemuk, unsur-unsurnya dituliskan terpisah, contoh: duta besar, tata bahasa, loka karya, dll. Ada juga yang harus dituliskan serangkai, yaitu kata gabungan yang sudah dianggap sebagai kata padu, contoh: bagaimana, apabila, segitiga, dll.
c. Penulisan Gabungan Kata Berimbuhan
Apabila mendapat awalan, awalan itu harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: di + beri tahu menjadi diberi tahu. Sedangkan, pada gabungan yang diberi awalan dan akhiran sekaligus penulisannya harus dirangkai semua. Contoh: di + tanda tangan + I menjadi ditandatangani.
d. Penulisan Kata Penghubung Intrakalimat
Kata penghubung intrakalimat adalah kata penghubung yang terletak di dalam kalimat, baik dalam kalimta tunggal maupun kalimat majemuk. Penulisannya diikaitkan dengan tanda koma.
e. Penulisan Ungkapan Penghubung Antarkalimat
Ungkapan penghubung antarkalimat adalah kata penghubung yang terletak pada awal kalimat. Jadi, letak ungkapan penghubung ini setelah tanda baca akhir dan dimulai dengan huruf kapital dan diikuti tanda koma. Contoh: Namun, Jadi, Pertama, dll.


3. Pemilihan Kata (Diksi)
Untuk bahasa karangan ilmiah perlu dipilihkan kata-kata yang memenuhi syarat baku, lazim, hemat, dan cermat.
4. Penyusunan Kalimat Efektif
Kalimat yang digunakan dalam penulisan karangan ilmiah hendaknya menggunakan kalimat efektif yang berupa ragam tulis baku. Kaliamat efektif memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Subjek tidak didahului kata depan
b. Tidak terdapat subjek yang ganda
c. Kata sedangkan dan sehingga tidak digunakan dalam kalimat tunggal
d. Predikat kalimat tidak didahului kata yang
e. Unsur rincian sejajar atau pararel
f. Subjek yang tidak sama dalam induk kalimat dan dalam kalimat anak kalimat harus eksplisit
g. Kata penghubung penenda anak kalimat dinyatakan secra eksplisit
h. Pemakaian kata hemat
i. Predikat-objek tidak tersisipi
j. Tidak menggunakan kata penghubung yang bertentangan
5. Penyusunan Paragraf
Paragraf-paragraf dalam karangan ilmiah harus memenuhi dua syarat yaitu kesatuan (ke perpautan makna, koherensi) dan kepaduan (ke perpautan bentuk, koherensi)

It's me

Foto saya
Solo, Indonesia
Tuhan tahu ku cinta kau :P